sebabnya maka dinamakan Pohon Bustah artinya yang hampir pada ujudnya.
Adapun ujud itu, adalah ujud Allah ta’ala jua adanya, sekali-kali jangan ada ujud yang lain dari pada ujud Allah ta’ala, itulah yang sebenar-benarnya diri, begitu pula dengan kelakuan, jangan ada yang lain, karena tidak ada kelakuan yang lain selain kelakuan Allah ta’ala.
Sebab kalimah ” Faqad Arafah ” itu tiada akan menerima salah satu, melainkan suci zahir dan bathin adanya.
Zat artinya ujud Allah semata-mata, itulah yang sebenarnya, Melihat itu Basyar Allah, berkata-kata itu Kalam Allah dan seterusnya. Seandainya ada yang lain dari diri-Nya maka seluruh pengenalanmu itu akan menjadi ” Batal ”.
Allah Swt bersabda :
” Sesungguhnya Aku berada didalam sangka-sangka Hamba-Ku ”
Adapun yang bernama Rahasia (Sirr) itu, ialah Rahasia (Sirr) Allah ta’ala jua adanya. Inilah kesudahan Ilmu, artinya tiada lagi yang akan disebut didalam kitab manapun jua. Kita ini pun bertubuhkan Muhammad zahir dan bathin, artinya bertubuhkan Ruh namanya, sehingga tiada akan kita kenang-kenang lagi hati dan tubuh kita, hanya semata-mata bertubuhkan bathin saja, maksudnya Muhammad jualah yang menjadi tubuh kita ini pada hakekatnya .
Allah Swt berdiri diatas Hukum dan Muhammad itulah yang menjalankan Hukum, untuk itu maka berlakulah Hukum itu sebagaimana adanya.
Sebagian Ulama mengatakan :
Antara dirinya dan tuhannya sedang asyik pandang memandang dengan Nyawa dan tiada berkesudahan, Nyawapun demikian juga dan tiada berkeputusan dan tiada berkedudukan lagi, pandang dan pujinya sedikitpun tiada lupa dan putus Tuhan kepada Hambanya, demikian sebaliknya Nyawa sedikitpun tidak akan lupa dan putus pandangannya kepada Tuhan.
Apa saja yang dipandang oleh diri itu sejauh mata memandang hanya yang dilihat dan didengarnya tiada lain, yang berlaku dikanan maupun dikiri, keatas dan kebawah, zahir dan bathin yang dirasakannya hanya puji bagi puji kepada Allah seluruh alam semesta ini, inilah yang pernah terlontar dan terucap oleh ulama yang muhaqqiqin, bahwa :
Seluruh apa yang berlaku pada pandanganmu itu adalah Tauladan, puji atau zikrullah yang berlaku bagi seluruh semesta alam ini, karena sesungguhnya dirinya itu mengandung kalimah atau ber-rahasia kepada Allah.
Inilah Ilmu yang dinamakan Laut Ujudullah yang amat luas dan dalam yang tidak dapat dicapai oleh akal siapapun, dan tidak akan tersurat lagi oleh tulisan dan tiada akan pernah terucap lagi dengan kalam.
Bila Harfin Wala Sautin
( Tiada huruf tiada suara )
Laya’ rifu naka Illallah
( Tiada yang mengenal Allah melainkan Allah jua adanya)
Jadi yang perlu kita camkan baik-baik adalah bahwa, Pengenalan diri itu yaitu yang tidak dihakekatkan dan tidak pula dima’rifatkan lagi, akan tetapi Ia hanya berlaku dengan sendirinya.
Juga jangan kita berpandangan bahwa Kita (manusia atau jasad yang baharu ) ini yang mengenal, akan tetapi, yang mengenal itu ialah yang hidup dan tiada akan pernah mati.
” Aku kenal akan Tuhanku dengan pengenalan Tuhanku jua ”
Jika demikian adanya maka janganlah dicari lagi, karna Allah itu sendiri sudah Laitsya Kamitslihi Syaiun pada dirimu, sudah berbarengan siang dan malam..... !
Salam Rahmat dan Nikmat,
Airsetitik Team
Diposting oleh Air Setitik Team di 12:38 AM 8 komentar
Label:air setitik Adam, Af'al, Alif, Allah, Asma, Diri, Laitsya, Muhammad, Nafas, Nur MUhammad, Ruh, Sifat 13, Zat
Monday, January 19, 2009
Bagian VII: Pengantar Perjalanan Diri-Benarkah Allah SWT itu Esa?
JALAN KEDUA:
Mengenal Diri yang sebenar-benarnya Diri. (Bagian kedua Pencetusan Api Ma’rifattullah didalam kalimah “ALLAH”)
Pada edisi yang lalu, telah kami sampaikan garis besar, tentang 2 buah Ilmu Allah ta’ala yang wajib untuk kita ketahui, yaitu Ilmu Tasawuf dan Ilmu Sifat 20, sebagai pengantar Awal untuk masuk pada perjalanan batin, yaitu pengenalan diri, mengenal diri yang sebenar-benarnya diri.
Pada edisi saat ini, mari kita bersama-sama mengkaji kalimah atau lafald “ ALLAH “ pada pandangan Ma’rifat, yaitu mencetuskan api ma’rifattullah didalam kalimah “ALLAH” Apa dan bagaimana itu mari kita simak bersama.
Bermula sebelum banyak hal yang tersampaikan, izinkanlah kami memohon ampun dan maaf yang sebesar-besarnya, (lahir dan batin/dunia dan akhirat) sekiranya pada risalah itu kita semua akan banyak dihadapkan dengan beberapa kata dan pernyataan yang sangat musykil untuk didengar dan tidak patut rasanya untuk diutarakan.
Untuk itu kami dari Tim Air Setitik memohon dengan sangat kepada kita semua agar apa yang ada didalam risalah ini, benar-benar dapat dipahami dan dipelihara serta disimpan sebaik-baiknya pada amaliyah kita sehari-hari.. Jangan kiranya kita mempertentangkan perbedaan pendapat tentang kebenaran, akan tetapi mari kita bersama-sama mengambil hikmah yang ada dibaliknya.
Dengan berlindung kepada Allah Swt, Pencetusan Api Ma’rifattullah dalam kalimah “ALLAH” saya awali.
Syahdan, nama Allah itu tidak akan pernah dapat dihilangkan, sebab nama Allah itu akan menjadikan Zikir bagi para Malaikat, Zikir para burung, Zikir para binatang melata, Zikir tumbuh-tumbuhan dan Zikir dari Nasar yang 4 (tanah, air, angin dan api) serta zikir segala makhluk yang ada pada 7 lapis langit dan 7 lapis bumi, juga zikir makhluk yang berdiam diantara langit dan bumi. (buka…..Al-Qur’an, Surah At-thalaq, ayat 1).
Adapun zikir para makhluk Allah yang kami sebutkan tadi tidaklah sama logatnya, dan tidak sama pula bunyi dan bacaannya. Tidak sedikit para akhli Sufi dan para wali-wali Allah yang telah mendengar akan bunyi zikir para makhluk itu, sungguh sangat beraneka ragam bunyinya.
Dalam Kitab Taurat, nama Zat yang maha Esa itu ada 300 banyaknya yang ditulis menurut bahasa Taurat, dalam Kitab Zabur juga ada 300 banyaknya nama Zat yang maha esa itu yang ditulis dengan bahasa Zabur.
Dalam Kitab Injil juga ada 300 banyaknya nama Zat yang Esa itu yang ditulis dengan bahasa Injil, dan dalam Kitab Al-Qur’an juga ada 99 nama Zat yang esa itu ditulis dalam bahasa Arab. Jika kita berhitung maka dari keempat kitab itu yang ditulis berdasarkan versinya, maka akan ada 999 nama bagi zat yang maha esa itu, dari jumlah tersebut maka yang 998 nama itu, adalah nama dari Sifat Zat yang maha Esa, sedangkan nama dari pada Zat yang maha esa itu hanya satu saja, yaitu “ ALLAH ”.
Diterangkan didalam Kitab Fathurrahman, berbahasa Arab, yaitu pada halaman 523. disebutkan bahwa nama Allah itu tertulis didalam Al-Qur’an sebanyak 2.696 tempat.
Apa kiranya hikmah yang dapat kita ambil mengapa begitu banyak nama Allah, Zat yang maha Esa itu bagi kita…?
Allah, Zat yang maha esa, berpesan :
“ Wahai Hambaku janganlah kamu sekalian lupa kepada namaku “
Maksudnya : Allah itu namaku dan Zatku, dan tidak akan pernah bercerai, Namaku dan Zatku itu satu.
Allah Swt juga telah menurunkan 100 kitab kepada para nabi-nabinya, kemudian ditambah 4 kitab lagi sehingga jumlah keseluruhan kitab yang telah diturunkan-Nya berjumlah 104 buah kitab, dan yang 103 buah kitab itu rahasianya terhimpun didalam Al-Qur’annul karim, dan rahasia Al-Qur’annul karim itu pun rahasianya terletak pada kalimah “ALLAH”.
Begitu pula dengan kalimah La Ilaha Ilallah, jika ditulis dalam bahasa arab ada 12 huruf, dan jika digugurkan 8 huruf pada awal kalimah La Ilaha Ilallah, maka akan tertinggal 4 huruf saja, yaitu Allah.
Ma’na kalimah ALLAH itu adalah sebuah nama saja, sekalipun digugurkan satu persatu nilainya tidak akan pernah berkurang, bahkan akan mengandung ma’na dan arti yang mendalam, dan mengandung rahasia penting bagi kehidupan kita selaku umat manusia yang telah diciptakan oleh Allah Swt dalam bentuk yang paling sempurna.
ALLAH jika diarabkan maka Ia akan berhuruf dasar Alif, Lam diawal, Lam diakhir dan Ha. Seandai kata ingin kita melihat kesempurnaannya maka gugurkanlah satu persatu atau huruf demi hurufnya.
· Gugurkan huruf pertamanya, yaitu huruf Alif (ا ), maka akan tersisa 3 huruf saja dan bunyinya tidak Allah lagi tetapi akan berbunyi Lillah, artinya bagi Allah, dari Allah, kepada Allahlah kembalinya segala makhluk.
· Gugurkan huruf keduanya, yaitu huruf Lam awal (ل ), maka akan tersisa 2 huruf saja dan bunyinya tidak lillah lagi tetapi akan berbunyi Lahu.
Lahu Mafissamawati wal Ardi, artinya Bagi Allah segala apa saja yang ada pada tujuh lapis langit dan tujuh lapis bumi.
· Gugurkan huruf ketiganya, yaitu huruf Lam akhir ( ل), maka akan tersisa 1 huruf saja dan bunyinya tidak lahu lagi tetapi Hu, Huwal haiyul qayum, artinya Zat Allah yang hidup dan berdiri sendirinya.
Kalimah HU ringkasnya dari kalimah Huwa, sebenarnya setiap kalimah Huwa, artinya Zat, misalnya :
Qul Huwallahu Ahad., artinya Zat yang bersifat kesempurnaan yang dinamai Allah. Yang dimaksud kalimah HU itu menjadi berbunyi AH, artinya Zat.
Bagi sufi, napas kita yang keluar masuk semasa kita masih hidup ini berisi amal bathin, yaitu HU, kembali napas turun di isi dengan kalimah ALLAH, kebawah tiada berbatas dan keatas tiada terhingga.
Perhatikan beberapa pengguguran – pengguguran dibawah ini :
Ketahui pula olehmu, jika pada kalimah ALLAH itu kita gugurkan Lam (ل ) pertama dan Lam (ل ) keduanya, maka tinggallah dua huruf yang awal dan huruf yang akhir (dipangkal dan diakhir), yaitu huruf Alif dan huruf Ha (dibaca AH).
Kalimah ini (AH) tidak dibaca lagi dengan nafas yang keluar masuk dan tidak dibaca lagi dengan nafas keatas atau kebawah tetapi hanya dibaca dengan titik.
Kalimah AH, jika dituliskan dengan huruf Arab, terdiri 2 huruf, artinya dalam bahasa disebutkan INTAHA (Kesudahan dan keakhiran), seandai saja kita berjalan mencari Allah tentu akan ada permulaannya dan tentunya juga akan ada kesudahannya, akan tetapi kalau sudah sampai lafald Zikir AH, maka sampailah perjalanan itu ketujuan yang dimaksudkan. (Silahkan bertanya kepada akhlinya)
Selanjutnya gugurkan Huruf Awalnya, yaitu huruf ALIF dan gugurkan huruf akhirnya, yaitu huruf HA, maka akan tersisa 2 buah huruf ditengahnya yaitu huruf LAM pertama (Lam Alif) dan huruf LAM kedua ( La Nafiah). Qaidah para sufi menyatakan tujuannya adalah Jika berkata LA (Tidak ada Tuhan), ILLA (Ada Tuhan), Nafi mengandung Isbat, Isbat mengandung Nafi tiada bercerai atau terpisah Nafi dan Isbat itu.
Selanjutnya gugurkan huruf LAM kedua dan huruf HU, maka yang tertinggal juga dua huruf, yaitu huruf Alif dan huruf Lam yang pertama, kedua huruf yang tertinggal itu dinamai Alif Lam La’tif dan kedua huruf itu menunjukkan Zat Allah, maksudnya Ma’rifat yang sema’rifatnya dalam artian yang mendalam, bahwa kalimah Allah bukan NAKIRAH, kalimah Allah adalah Ma’rifat, yakni Isyarat dari huruf Alif dan Lam yang pertama pada awal kalimah ALLAH.
Gugurkan tiga huruf sekaligus, yaitu huruf LAM pertama, LAM kedua, dan HU maka tinggallah huruf yang paling tunggal dari segala yang tunggal, yaitu huruf Alif (Alif tunggal yang berdiri sendirinya).
Berilah tanda pada huruf Alif yang tunggal itu dengan tanda Atas, Bawah dan depan, maka akan berbunyi : A.I.U dan setiap berbunyi A maka dipahamhan Ada Zat Allah, begitu pula dengan bunyi I dan U, dipahamkan Ada Zat Allah dan jika semua bunyi itu (A.I.U) dipahamkan Ada Zat Allah, berarti segala bunyi/suara didalam alam, baik itu yang terbit atau datangnya dari alam Nasar yang empat (Tanah, Air, Angin dan Api) maupun yang datangnya dan keluar dari mulut makhluk Ada Zat Allah.
Penegasannya bunyi atau suara yang datang dan terbit dari apa saja kesemuanya itu berbunyi ALLAH, nama dari Zat yang maha Esa sedangkan huruf Alif itulah dasar (asal) dari huruf Arab yang banyaknya ada 28 huruf.
Dengan demikian maka jika kita melihat huruf Alif maka seakan-akan kita telah melihat 28 huruf yang ada. Lihat dan perhatikan sebuah biji pada tumbuh-tumbuhan, dari biji itulah asal usul segala urat, batang, daun, ranting, dahan dan buahnya.
Syuhudul Wahdah Fil Kasrah, Syuhudul Kasrah Fil Wahdah.
Pandang yang satu kepada yang banyak dan pandang yang banyak kepada yang satu maka yang ada hanya satu saja yaitu satu Zat dan dari Zat itulah datangnya Alam beserta isinya.
Al-Qur’an yang jumlah ayatnya 6666 ayat akan terhimpun kedalam Suratul Fatekha, dan Suratul Fatekha itu akan terhimpun pada Basmallah, dan Basmallah itupun akan terhimpun pada huruf BA, dan huruf BA akan terhimpun pada titiknya (Nuktah). Jika kita tilik dengan jeli maka titik itulah yang akan menjadi segala huruf, terlihat banyak padahal ia satu dan terlihat satu padahal ia banyak.
Selanjutnya Huruf-huruf lafald Allah yang telah digugurkan maka tinggallah empat huruf yang ada diatas lafald Allah tadi, yaitu huruf TASYDID (bergigi tiga, terdiri dari tiga huruf Alif) diatas Tasydid adalagi satu huruf Alif.
Keempat huruf Tasydid itu adalah isyarat bahwa Tuhan itu Ada, maka wajib bagi kita untuk mentauhidkan Asma Allah, Af’al Allah, Sifat Allah dan Zat Allah.
Langkah terakhir gugurkan keseluruhannya, maka yang akan tinggal adalah kosong.
LA SAUTUN WALA HARFUN, artinya tidak ada huruf dan tiada suara, inilah kalam Allah yang Qadim, tidak bercerai dan terpisah sifat dengan Zat.
Tarku Mayiwallah (meninggalkan selain Allah) Zat Allah saja yang ada.
La Maujuda Illallah (tidak ada yang ada hanya Allah).
Sembilan kali sudah kita menggugurkan kalimah Allah, seandainya juga belum dapat dipahami maka tanyakanlah kepada akhlinya.
Wallahu a’ lamu bissawab.
Airsetitik Team
Diposting oleh Air Setitik Team di 9:44 AM 6 komentar
Label:air setitik Alif, Allah, Awaludin Ma'rifatullah, Ba, Injil, Islam, Ma'rifat, Muhammad, Oneness, Qur'an, Spiritual Journey, Sufi, Tasawuf, Tauhid, Taurat
Wednesday, December 17, 2008
Bagian VI: Pengantar Perjalanan Diri-Benarkah Allah SWT itu Esa?
JALAN KEDUA:
Mengenal diri yang sebenar-benarnya diri. ( Bagian pertama Pengantar Ilmu Tasawuf )
Berbicara mengenai pengenalan diri yang sebenar-benarnya diri tentunya tidak akan lepas kita dengan Dua Ilmu Allah, yaitu :
* Ilmu Tasawuf
* Ilmu Sifat 20
Bagi orang yang awam, kedua Ilmu Allah itu sangat ditakuti, sebab katanya salah-salah kita mengkajinya maka kita akan menjadi gila.
Sesungguhnya pandangan seperti itu sangatlah keliru besar….!, seandainya itu memang terjadi pada setiap santri yang mengkaji kedua Ilmu Allah itu, maka dapat dipastikan bahwa apa yang dikajinya itu sangatlah keliru dan menyimpang dari kaidah yang sebenarnya. Justru Agama kita sangat menganjurkan kepada kita untuk masuk dan mempelajari kedua ilmu Allah itu dengan baik dan benar, karena kedua ilmu itu yang akan dapat menghantarkan diri kita untuk sampai kepada pengenalan akan diri dan tuhan yang sebenarnya.
Dibawah ini adalah beberapa dasar yang menerangkan tentang perlunya kita untuk mengenal diri, yaitu Sbb :
"Sesungguhnya diri anak Adam itu adalah dosa yang besar, terkecuali ia mengetahuinya".
(Hadits Rosulullah Saw)
"Barang siapa mengenal akan dirinya, niscaya ia akan mengenal akan tuhannya mengenal akan tuhannya niscaya binasalah dirinya".
(Hadits Qudsy)
"Barang siapa menuntut jalan kepada Allah dengan lain dari pada mengenal akan diri dengan sebenar-benarnya pengenalan, sesungguhnya sesat yang amat jauhlah ia dengan tuhannya".
( Ijma ulama )
"Aku adalah gudang yang tersembunyi, aku suka jika aku dikenal, lalu aku ciptakan makhluk supaya ia mengenal akan aku".
(Hadits Qudsy)
Bermula mengenal diri yang sebenar-benarnya diri itu, adalah ketahui dahulu olehmu akan sifat-sifat wajib bagi Allah yang 13 dan 7 sifat Allah yang ada pada dirimu.
Sedangkan jalannya adalah Tasawuf. Apa sesungguhnya Tasawuf itu……..????.
Baik kita mulai dari Sifat-sifat wajib bagi Allah yang 13 dan 7 sifat Allah yang ada pada diri kita, Sbb :
Sifat Nafsiyah.
Sifat Nafsiyah artinya Sifat yang wajib bagi Zat, yaitu:
* Wujud.
Jika ada sifat Nafsiyah, tentunya juga akan ada Diri Nafsiyah, bagaimana menurut anda?
Sifat Salbiyah.
Sifat Salbiyah artinya Sifat menolak yang tiada layak bagi Zat , yaitu :
* Qidam
* Baqa
* Mukhalafatuhu ta’ala lil khawadits
* Qiyamuhu ta’ala binafsih
* Wahdaniyat.
Jika ada Sifat Salbiyah tentu akan ada pula Diri Salbiyah, bagaimana menurut anda?.
Sifat Ma’ani.
Sifat Ma’ani artinya berdiri ia kepada yang mawujud, yaitu :
* Qudrat……Kuasa
* Iradat ……Berkehendak
* Ilmu……...Tahu
* Hayat…….Hidup
* Sama……..Mendengar
* Basyhar…..Melihat
* Kalam…….Berkata-kata.
Jika ada sifat Ma’ani tentu akan ada juga Diri Ma’ani, bagaimana ini menurut anda?
Sifat Ma’nawiyah.
Sifat Ma’nawiyah artinya yang wajib bagi Zat, dikarenakan dengan sesuatu sebab, yaitu
* Qodirun ………… yang Kuasa
* Muridun………… yang Berkehendak
* Alimun ………… yang Mengetahui
* Hayyun ………… yang Hidup
* Sami’un …………yang mendengar
* Basyhirun ……….yang Melihat
* Muttakallimun … yang Berkata-kata.
Jika ada sifat Ma’nawiyah tentu akan ada pula Diri Ma’nawiyah, bagai mana ini menurut anda?
Silahkan anda simak dan renungkan dengan baik, apa dan bagaimana maksudnya, kalau ada sifat nafsiyah, sifat salbiyah, sifat ma’ani dan sifat ma’nawiyah tentu juga akan ada yang disebut dengan diri nafsiyah, diri salbiyah, diri ma’ani dan diri ma’nawiyah.
Sedangkan Tasawuf itu sendiri adalah jalannya. Secara garis besar tasawuf itu bagi kami tdak ubahnya seperti proses perjalanan 3 huruf hijaiyah Jim, kha, dan kho. ( ج , ح , خ ).
Huruf Jim. ( ج )
huruf jim itu titiknya ada didalam huruf, maksudnya mengisyaratkan kepada kita bahwa pada diri manusia itu penuh dengan dosa dan kesalahan, penuh dengan nafsu-nafsu keakuan. Seakan-akan seluruh aktivitas kehidupan ini menjadi kuasa manusia semata.
Merasa manusia yang kuasa, manusia yang berkehendak, manusia yang mengetahui, manusia yang hidup, manusia yang mendengar, manusia yang melihat dan manusia yang berkata kata, perasaan-perasaan yang seperti ini akan timbul dikarenakan ketidak tahuan kita tentang siapa diri kita ini yang sebenarnya.
Allah Swt berfirman didalam Hadits Qudsy, menyerukan kepada seluruh manusia yang beriman kepadanya untuk melihat kebelakang, melihat dan mempelajari tentang asal muasal diri ini ……. (masuk pada jalan pertama untuk berawaluddin ma’rifatullah).
Huruf kha. ( ح )
Huruf Kha itu sama sekali tidak memiliki titik, baik itu didalam huruf maupun diluar huruf. Maksudnya mengisyaratkan kepada kita semua tentang sebuah kebimbangan dan keragu-raguan yang akan membawa diri kita pada suatu pertanyaan besar dan mendasar yang membutuhkan jawaban segera dan pasti.
Siapakah sebenarnya tuhan itu dan siapakah sebenarnya diri ini…..?, sekiranya aku ini tuhan dimanakah hamba itu….?, begitu pula sebaliknya sekiranya aku ini hamba dimanakah tuhan itu….?.
Untuk menjadikan tolak ukur yang pasti dan menjadikan dasar pegangan dalam kehidupan ini, Allah Swt telah berfirman didalam Hadits Qudsy yang berbunyi :
”Kenalilah akan dirimu niscaya kamu akan kenal dengan-Ku”.
(ini adalah janji Allah kepada kita, dan sangat mustakhil jika Allah akan ingkar janji)
Allah Swt juga berseru:
”Jangan kamu mencari Aku karna Aku sudah laitsya pada dirimu dan pasti engkau tidak akan Pernah menemukan Aku, tapi cari taulah engkau tentang siapa dirimu yang sebenarnya” (masuk pada jalan kedua untuk berawaluddin ma’rifatullah).
Huruf Kho ( خ )
Huruf Kho itu titiknya berada diluar huruf, maksudnya mengisyaratkan kepada kita bahwa, apabila rahasia Allah itu telah sampai padamu maka tidak akan pernah ada lagi keragu-raguan lagi atas dirimu seluruhnya menjadi pasti.
Allah Swt berfirman didalam Al-Qur’an : "Setiap sesuatu yang bernyawa pasti akan mengalami kematian".
Didalam Hadits Qudsy, Allah Swt juga berfirman :
"Rasakanlah olehmu Mati sebelum kematian yang sebenarnya itu kamu rasakan (datang padamu. Jika engkau akan datang kepada-Ku, maka matikanlah seluruh rasa yang ada pada dirimu dan kembalikan semuanya kepada-Ku".
Sesungguhnya dirimu itu sebenarnya sudah mati sejak awal yaitu, ketika dirimu terlahirkan kedunia yang fana /lenyap/hancur dan binasa ini namun oleh karna pada dirimu itu bersemayam rasa dan perasaan yang bermahkotakan nafsu, maka kamu merasa hidup……. (masuk pada jalan ketiga untuk berawaluddin ma’rifatullah).
Selain dari keterangan diatas dapat juga diurai berdasarkan huruf-hurufnya yang ada pada kata-kata TASAWUF, yaitu :
Ta……( ت )
Shot…...( ص )
Waw…..( و )
Fha……( ف )
Adapun pengartiannya kurang lebihnya adalah Sbb :
Huruf Ta ( ت )
Huruf Tha itu adalah Tajrid, artinya Menghilangkan
Apa yang dihilangkan…..?, yaitu :
* Tajrid kepada Dunia
* Tajrid kepada Manusia
* Tajrid kepada Hawa Nafsu.
Huruf Shot ( ص )
Huruf Shot itu adalah Shafa, artinya Bersih.
Apa yang dibersihkan…..?, yaitu :
* Bersih dari keinginan Dunia
* Bersih dari pada amarah dan senantiasa bersyukur, sabar dan tabah.
* Bersih dari pada da’wa sangka selain dari pada Allah Swt.
Huruf Waw ( و )
Huruf waw itu adalah Wafa, artinya memelihara.
Apa yang dipelihara……?, yaitu:
*
Memelihara Syareat
*
Memelihara, menuntut pahala
*
Memelihara dari pengenalan selain kepada Allah Swt.
Huruf Fha ( ف )
Huruf Fha itu adalah Fana, artinya Lenyap atau Hapus.
Apa yang difanakan……?, yaitu :
* Fana Ilmu
* Fana Ain
* Fana Haq
* Fana Af’al
* Fana ASma
* Fana Sifat
* Fana Zat.
Demikian yang dapat kami sampaikan mengenai tasawuf berdasarkan huruf-huruf yang dikandungnya.
Dengan kita mengetahui arti tasawuf, diri kita akan menjadi ( Men- Zat-di ) Faqir, yaitu:
* Fha ( ف ) itu Fana /hapus
* Qop ( ق ) itu Qona’ah/ rutin
* Ra ( ر ) itu Ridho/ikhlas.
Demikian dahulu kajian kita pada kesempatan ini, semoga Allah Swt senantiasa melimpahkan Rahmat dan Nikmat-Nya sehingga kita didalam kesehariannya senantiasa didalam keadaan Nyaman, Nyaman yang senyaman-nyamannya.
Kepada teman-teman yang sudah terlalu lama menunggu dan menantikan episode ini melalui Air Setitik, maka pada kesempatan yang berbahagia ini dan dengan segala kekurangan serta kelemahan yang ada pada kami, kami menghaturkan ampun dan maaf yang sebesar-besarnya, semoga saja kajian yang kami sampaikan ini akan bermanfaat bagi kita semua terutama sekali bagi diri saya pribadi sebagai penulis sekaligus penyampai.
Sebagai manusia tentunya kita tidak akan pernah luput dari khilaf dan salah, untuk itu sekiranya ada penyampaian kami yang keliru dan keluar dari norma dan kaidah Agama, maka dengan senang hati kami siap menerima pembetulannya, semoga kajian ini menjadikan Ibadah……….. amin ya robbal ‘alamin.
Air Setitik Team
Diposting oleh Air Setitik Team di 12:20 PM 14 komentar
Label:air setitik Allah, Awaludin Ma'rifatullah, Faqir, Islam, Ma'rifat, Muhammad, Oneness, Origin of Mankind, Sifat 13, Sifat 20, Spiritual Journey, Sufi, Sufism, Tasawuf, Tauhid
Tuesday, September 16, 2008
Edisi Ramadhan 1429 H/ The Edition of Ramadhan 1429
Kajian khusus Ramadhan 1429H dalam rangka menanggapi komentar dan pertanyaan saudaraku Sharudin dari Malaysia. Khususnya dalam konteks "Benarkah Allah Swt itu Esa?" edisi sebelumnya.
Kami yakin apa yang saudaraku pertanyakan, saudara sudah mengetahuinya. Akan tetapi tidak mengapa, rasanya ada baiknya jika kita kaji ulang guna menyamakan persepsi saja. Jika didalam kajian nanti ada kesamaan, mari kita jaga sebaik-baiknya. Namun jika ada perbedaan-perbedaan hendaknya jangan menjadikan pertentangan bagi kita.
Pada komentar dan pertanyaan anda mengatakan:
"Dalam usia yang baliq hakiki....Allah seharusnya bukan merupakan imaginasi. Dia juga bukan sesuatu yang maya. Dia juga bukan sesuatu yang fana. Sesuai dengan ilmu Kalam, Dia adalah sejelas-jelasnya ujud. Manusia yang maya, manusia yang di dalam fantasy, manusia tidak ada kalau Allah tidak ada. Ini merupakan pertanyaan yang menyangkut keberadaan. Untuk lebih jelas mari kita amati perumpamaan baju sutra yang terbuat dari kain sutra. Sutra diolah menjadi benang kemudian menjadi kain, sebelum akhirnya manjadi baju. Baju ada karena nama, tapi sutra ada karena Dzat. Apakah boleh disamakan kewujudan pada nama dan kewujudan pada Dzat?"
Bismillahirrohmanirrohim. Alhamdulillah. Wasyukurillah. Walla khaula walaku wata illa billah...amma ba'du.
Marhabban yaa Ramadhan. Marhabban yaa ahlan wa Syahlan.
Terima kasih sebelumnya kami ucapkan kepada saudaraku yang ada di Malaysia. Juga salam Rahmat dan Nikmat dalam kehampaan bagi saudara-saudaraku dimana saja berada. Ulasan dan komentar saudaraku sangat menarik dan sungguh ini adalah sesuatu yang baik sekali dalam rangka pencerahan khususnya bagi jiwa-jiwa yang gersang, tandus, dan haus akan siraman hikmah...didalam perjalanan bathin.
Tidak semua orang dapat mengadakan perjalanan bathin. Terkecuali mereka yang beroleh hidayah dari Allah Swt.
Konsep awal tentang keesaan Allah Swt sudah teramat sering kami ketengahkan. Bahwa:
"Setiap benda pasti ada namanya. Mustahil benda ada tapi namanya tidak ada. Begitu pula sebaliknya. Ada nama sudah pasti ada bendanya. Mustahil ada nama tapi bendanya tidak ada. Jika itu terjadi tentu sangat bersalahan. Bukankah Allah Swt didalam mencipta selalu saling berpasangan. Ini isyarat bagi yang mau berpikir. Mengambil iktibar dibalik seluruh penciptaanya."
Diawal sudah dikatakan bahwa: Yang sejatinya itu sebenarnya sutra atau baju? Baju ada karena nama tapi sutra ada karena Dzat. apakah boleh disamakan kewujudan pada nama dan kewujudan pada dzat? Sekilas kita melihatnya tentu berbeda, tetapi jika lebih jauh melihatnya...betulkah keduanya berbeda?
Untuk mengulasnya hendaknya kita harus lebih arif, bijak dan ekstra hati-hati. Karena salah menarik kesimpulan dalam memahaminya, maka syirik khafi, syirik jalli, dan syirik khafi al khafi siap menyambutnya.
Baju ada karena nama, yaitu sutra. Makanya disebut baju sutra. Sedangkan sutra itu sendiri ada karena dzatnya. Coba kita ambil lagi perumpamaan lain yang lebih nyata dan jelas. Manusia melihat dengan mata, tanpa mata dunia akan gelap gulita. Kita mendengar dengan telinga, tanpa telinga dunia akan sunyi dan hening adanya. Coba kita renungkan. Apakah yang melihat itu mata? Apakah yang mendengar itu telinga?
Jika benar yang melihat itu mata dan yang mendengar itu telinga, maka bagaimana dengan jenazah (orang mati)? Dia punya mata lengkap tapi melihatkah ia? Ia juga punya telinga lengkap tapi mendengarkah ia? Jawabannya kami serahkah kepada anda lebih jauh dari itu.
Coba kita lihat dalam diri kita. Sebelum kita dijahirkan, apakah bisa dikatakan kita ada? Begitu pula setelah kita mati, bisakah kita dikatakan ada? Silahkan cerna dan renungkan.
Sebab kalau kita membicarakan tentang dzat, maka dzat murni atau dzat mutlak Allah Swt tersebut adalah yang tersembunyi dari yang tersembunyi (yang diupamakan dengan dzat sutra), tapi kalau yang sembunyi dari yang tersembunyi itulah yang diupamakan baju sutra. Sedangkan pengetahuan tentang dzat itu sendiri adalah suatu keajaiban dari keberadaannya.
Karena ia luluh didalam dirinya sendiri atau musnah dan lenyap didalamnya. Jika dipilah berdasarkan tingkatannya maka tingkat ini adalah tingkat penyerapan diri sendiri yaitu suatu tingkatan dimana diri sendiri akan terserap ke dalam dzat.
"Janganlah kamu memikirkan Dzatnya tetapi pikirkanlah faedahnya" (Al-Hadits).
Demi jiwa yang ada didalam genggamannya, jujur kami katakan bahwa kewujudan pada nama dengan kewujudan pada dzat itu pada hakekatnya sama saja, karena sama-sama diwujudkan. Justru menurut kami yang teristimewa itu adalah siapa yang mewujudkan asma atau nama dan dzat itu sendiri.
Karena dzat itu adalah dzatnya, nama itu juga namanya. Itu sebab benda dan nama itu adalah satu kesatuan yang tiada terpisahkan. Dan penyebab adanya nama dan dzat itulah yang kami maksud tersembunyi dari yang tersembunyi, bukan yang sembunyi dari yang tersembunyi. Begitu pula kita menyikapi akan diri kita.
Manakah diri yang sebenar-benarnya diri. Apakah yang nyata yang terlihat oleh mata jahir ataukah yang ghaib yang yang tersembunyi tidak nampak.
Bila nyata adanya maka dimana kenyataannya dan bila ghaib dimana keghaibannya. Karena sesungguhnya manusia itu sendiri pada hakekatnya satu saja. Bila banyak bersuku-suku, berkaum-kaum, dan berbangsa-bangsa maka itu tidak lain adalah karena sifat menyifatnya saja. Sama saja kita mengupas bawang, kita kupas dan kupas pada akhirnya bawangnya itu sendiri tidak ada, yang ada kulitnya saja...Begitu pula dengan Allah.
Allah itu adalah nama dan Tuhan itu adalah pangkat atau gelar kebesarannya. Mana orangnya? Silahkan anda jawab sendiri. Kami hanya dapat mengantarkan anda sampai disini saja. Selebihnya terserah anda.
Allah dalam menciptakan seluruh alam ini cukup satu kali saja, sampai kiamat ia tidak menciptakan apa-apa lagi. Membuat manusia cukup dengan manusia saja, membuat hewan cukup dengan hewan saja, menciptakan air cukup satu kali saja, seumur hidup dunia tidak akan ada habis-habisnya.
Coba lihat ruh-ruh manusia hanya satu kali saja, tidak bertambah da tidak berkurang. Segalanya satu kali saja tiada berbilang. Orang ahlul akhirat satu kali saja cukup. Satu kali mensyuhud cukup. Satu kali mati cukup. Satu kali tahu cukup. Semua serba satu bukan serba dua lagi.
Semua kerja baik ibadat maupun yang lainnya tiada jahat,
tiada neraka,
tiada itu dan tiada ini...
semua tiada apa-apa,
semua langgeng,
semua rahmat,
semua nikmat,
semuanya Allah,
semuanya Tuhan,
semuanaya Nur,
semuanya Dzat,
dan semuanya!
aku dan aku!
aku dan aku!
akhirnya sunyi tiada huruf,
tiada suara,
semua kembali ke asal...
Inilah maqam penelanjangan Tuhan.
Asal Tuhan itu tiada berhuruf,
tiada bersuara,
bukan cahaya,
bukan benda,
dan bukan materi,
bukan dzat,
bukan sifat,
bukan asma,
dan bukan af'al.
Bukan Allah,
bukan Muhammad,
bukan Adam,
dan bukan semua-semuanya.
Pada penghujung perjalanan, semua itu hanya sebutan dan akuan saja adanya. Jika demikian, siapa yang ada?
(Tanyakan ahlinya yang boleh menjawab)
Wallahu a'lam Bissawab.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar