10 November 2009

JALAN MENUJU MA'RIFAT

Bagian VI: Pengantar Perjalanan Diri-Benarkah Allah SWT itu Esa?

JALAN KEDUA:

Mengenal diri yang sebenar-benarnya diri. ( Bagian pertama Pengantar Ilmu Tasawuf )

Berbicara mengenai pengenalan diri yang sebenar-benarnya diri tentunya tidak akan lepas kita dengan Dua Ilmu Allah, yaitu :

* Ilmu Tasawuf
* Ilmu Sifat 20

Bagi orang yang awam, kedua Ilmu Allah itu sangat ditakuti, sebab katanya salah-salah kita mengkajinya maka kita akan menjadi gila.

Sesungguhnya pandangan seperti itu sangatlah keliru besar....!, seandainya itu memang terjadi pada setiap santri yang mengkaji kedua Ilmu Allah itu, maka dapat dipastikan bahwa apa yang dikajinya itu sangatlah keliru dan menyimpang dari kaidah yang sebenarnya. Justru Agama kita sangat menganjurkan kepada kita untuk masuk dan mempelajari kedua ilmu Allah itu dengan baik dan benar, karena kedua ilmu itu yang akan dapat menghantarkan diri kita untuk sampai kepada pengenalan akan diri dan tuhan yang sebenarnya.

Dibawah ini adalah beberapa dasar yang menerangkan tentang perlunya kita untuk mengenal diri, yaitu Sbb :

"Sesungguhnya diri anak Adam itu adalah dosa yang besar, terkecuali ia mengetahuinya".
(Hadits Rosulullah Saw)

"Barang siapa mengenal akan dirinya, niscaya ia akan mengenal akan tuhannya mengenal akan tuhannya niscaya binasalah dirinya".
(Hadits Qudsy)

"Barang siapa menuntut jalan kepada Allah dengan lain dari pada mengenal akan diri dengan sebenar-benarnya pengenalan, sesungguhnya sesat yang amat jauhlah ia dengan tuhannya".
( Ijma ulama )

"Aku adalah gudang yang tersembunyi, aku suka jika aku dikenal, lalu aku ciptakan makhluk supaya ia mengenal akan aku".
(Hadits Qudsy)

Bermula mengenal diri yang sebenar-benarnya diri itu, adalah ketahui dahulu olehmu akan sifat-sifat wajib bagi Allah yang 13 dan 7 sifat Allah yang ada pada dirimu.

Sedangkan jalannya adalah Tasawuf. Apa sesungguhnya Tasawuf itu........????.

Baik kita mulai dari Sifat-sifat wajib bagi Allah yang 13 dan 7 sifat Allah yang ada pada diri kita, Sbb :

Sifat Nafsiyah.
Sifat Nafsiyah artinya Sifat yang wajib bagi Zat, yaitu:

* Wujud.

Jika ada sifat Nafsiyah, tentunya juga akan ada Diri Nafsiyah, bagaimana menurut anda?

Sifat Salbiyah.
Sifat Salbiyah artinya Sifat menolak yang tiada layak bagi Zat , yaitu :

* Qidam
* Baqa
* Mukhalafatuhu ta'ala lil khawadits
* Qiyamuhu ta'ala binafsih
* Wahdaniyat.

Jika ada Sifat Salbiyah tentu akan ada pula Diri Salbiyah, bagaimana menurut anda?.

Sifat Ma'ani.
Sifat Ma'ani artinya berdiri ia kepada yang mawujud, yaitu :

* Qudrat......Kuasa
* Iradat ......Berkehendak
* Ilmu.........Tahu
* Hayat.......Hidup
* Sama........Mendengar
* Basyhar.....Melihat
* Kalam.......Berkata-kata.

Jika ada sifat Ma'ani tentu akan ada juga Diri Ma'ani, bagaimana ini menurut anda?

Sifat Ma'nawiyah.
Sifat Ma'nawiyah artinya yang wajib bagi Zat, dikarenakan dengan sesuatu sebab, yaitu

* Qodirun ............ yang Kuasa
* Muridun............ yang Berkehendak
* Alimun ............ yang Mengetahui
* Hayyun ............ yang Hidup
* Sami'un ............yang mendengar
* Basyhirun ..........yang Melihat
* Muttakallimun ... yang Berkata-kata.

Jika ada sifat Ma'nawiyah tentu akan ada pula Diri Ma'nawiyah, bagai mana ini menurut anda?

Silahkan anda simak dan renungkan dengan baik, apa dan bagaimana maksudnya, kalau ada sifat nafsiyah, sifat salbiyah, sifat ma'ani dan sifat ma'nawiyah tentu juga akan ada yang disebut dengan diri nafsiyah, diri salbiyah, diri ma'ani dan diri ma'nawiyah.

Sedangkan Tasawuf itu sendiri adalah jalannya. Secara garis besar tasawuf itu bagi kami tdak ubahnya seperti proses perjalanan 3 huruf hijaiyah Jim, kha, dan kho. ( ج , ح , خ ).

Huruf Jim. ( ج )
huruf jim itu titiknya ada didalam huruf, maksudnya mengisyaratkan kepada kita bahwa pada diri manusia itu penuh dengan dosa dan kesalahan, penuh dengan nafsu-nafsu keakuan. Seakan-akan seluruh aktivitas kehidupan ini menjadi kuasa manusia semata.

Merasa manusia yang kuasa, manusia yang berkehendak, manusia yang mengetahui, manusia yang hidup, manusia yang mendengar, manusia yang melihat dan manusia yang berkata kata, perasaan-perasaan yang seperti ini akan timbul dikarenakan ketidak tahuan kita tentang siapa diri kita ini yang sebenarnya.

Allah Swt berfirman didalam Hadits Qudsy, menyerukan kepada seluruh manusia yang beriman kepadanya untuk melihat kebelakang, melihat dan mempelajari tentang asal muasal diri ini ....... (masuk pada jalan pertama untuk berawaluddin ma'rifatullah).

Huruf kha. ( ح )
Huruf Kha itu sama sekali tidak memiliki titik, baik itu didalam huruf maupun diluar huruf. Maksudnya mengisyaratkan kepada kita semua tentang sebuah kebimbangan dan keragu-raguan yang akan membawa diri kita pada suatu pertanyaan besar dan mendasar yang membutuhkan jawaban segera dan pasti.

Siapakah sebenarnya tuhan itu dan siapakah sebenarnya diri ini.....?, sekiranya aku ini tuhan dimanakah hamba itu....?, begitu pula sebaliknya sekiranya aku ini hamba dimanakah tuhan itu....?.

Untuk menjadikan tolak ukur yang pasti dan menjadikan dasar pegangan dalam kehidupan ini, Allah Swt telah berfirman didalam Hadits Qudsy yang berbunyi :

"Kenalilah akan dirimu niscaya kamu akan kenal dengan-Ku".
(ini adalah janji Allah kepada kita, dan sangat mustakhil jika Allah akan ingkar janji)

Allah Swt juga berseru:

"Jangan kamu mencari Aku karna Aku sudah laitsya pada dirimu dan pasti engkau tidak akan Pernah menemukan Aku, tapi cari taulah engkau tentang siapa dirimu yang sebenarnya" (masuk pada jalan kedua untuk berawaluddin ma'rifatullah).

Huruf Kho ( خ )
Huruf Kho itu titiknya berada diluar huruf, maksudnya mengisyaratkan kepada kita bahwa, apabila rahasia Allah itu telah sampai padamu maka tidak akan pernah ada lagi keragu-raguan lagi atas dirimu seluruhnya menjadi pasti.

Allah Swt berfirman didalam Al-Qur'an : "Setiap sesuatu yang bernyawa pasti akan mengalami kematian".

Didalam Hadits Qudsy, Allah Swt juga berfirman :

"Rasakanlah olehmu Mati sebelum kematian yang sebenarnya itu kamu rasakan (datang padamu. Jika engkau akan datang kepada-Ku, maka matikanlah seluruh rasa yang ada pada dirimu dan kembalikan semuanya kepada-Ku".

Sesungguhnya dirimu itu sebenarnya sudah mati sejak awal yaitu, ketika dirimu terlahirkan kedunia yang fana /lenyap/hancur dan binasa ini namun oleh karna pada dirimu itu bersemayam rasa dan perasaan yang bermahkotakan nafsu, maka kamu merasa hidup....... (masuk pada jalan ketiga untuk berawaluddin ma'rifatullah).

Selain dari keterangan diatas dapat juga diurai berdasarkan huruf-hurufnya yang ada pada kata-kata TASAWUF, yaitu :

Ta......( ت )
Shot......( ص )
Waw.....( و )
Fha......( ف )

Adapun pengartiannya kurang lebihnya adalah Sbb :

Huruf Ta ( ت )
Huruf Tha itu adalah Tajrid, artinya Menghilangkan
Apa yang dihilangkan.....?, yaitu :

* Tajrid kepada Dunia
* Tajrid kepada Manusia
* Tajrid kepada Hawa Nafsu.

Huruf Shot ( ص )
Huruf Shot itu adalah Shafa, artinya Bersih.
Apa yang dibersihkan.....?, yaitu :

* Bersih dari keinginan Dunia
* Bersih dari pada amarah dan senantiasa bersyukur, sabar dan tabah.
* Bersih dari pada da'wa sangka selain dari pada Allah Swt.

Huruf Waw ( و )
Huruf waw itu adalah Wafa, artinya memelihara.
Apa yang dipelihara......?, yaitu:

*
Memelihara Syareat
*
Memelihara, menuntut pahala
*
Memelihara dari pengenalan selain kepada Allah Swt.

Huruf Fha ( ف )
Huruf Fha itu adalah Fana, artinya Lenyap atau Hapus.
Apa yang difanakan......?, yaitu :

* Fana Ilmu
* Fana Ain
* Fana Haq
* Fana Af'al
* Fana ASma
* Fana Sifat
* Fana Zat.

Demikian yang dapat kami sampaikan mengenai tasawuf berdasarkan huruf-huruf yang dikandungnya.

Dengan kita mengetahui arti tasawuf, diri kita akan menjadi ( Men- Zat-di ) Faqir, yaitu:

* Fha ( ف ) itu Fana /hapus
* Qop ( ق ) itu Qona'ah/ rutin
* Ra ( ر ) itu Ridho/ikhlas.

Demikian dahulu kajian kita pada kesempatan ini, semoga Allah Swt senantiasa melimpahkan Rahmat dan Nikmat-Nya sehingga kita didalam kesehariannya senantiasa didalam keadaan Nyaman, Nyaman yang senyaman-nyamannya.

Kepada teman-teman yang sudah terlalu lama menunggu dan menantikan episode ini melalui Air Setitik, maka pada kesempatan yang berbahagia ini dan dengan segala kekurangan serta kelemahan yang ada pada kami, kami menghaturkan ampun dan maaf yang sebesar-besarnya, semoga saja kajian yang kami sampaikan ini akan bermanfaat bagi kita semua terutama sekali bagi diri saya pribadi sebagai penulis sekaligus penyampai.

Sebagai manusia tentunya kita tidak akan pernah luput dari khilaf dan salah, untuk itu sekiranya ada penyampaian kami yang keliru dan keluar dari norma dan kaidah Agama, maka dengan senang hati kami siap menerima pembetulannya, semoga kajian ini menjadikan Ibadah........... amin ya robbal 'alamin.

Air Setitik Team
Diposting oleh Air Setitik Team di 12:20 PM 14 komentar
Label:air setitik Allah, Awaludin Ma'rifatullah, Faqir, Islam, Ma'rifat, Muhammad, Oneness, Origin of Mankind, Sifat 13, Sifat 20, Spiritual Journey, Sufi, Sufism, Tasawuf, Tauhid
Tuesday, September 16, 2008
Edisi Ramadhan 1429 H/ The Edition of Ramadhan 1429
Kajian khusus Ramadhan 1429H dalam rangka menanggapi komentar dan pertanyaan saudaraku Sharudin dari Malaysia. Khususnya dalam konteks "Benarkah Allah Swt itu Esa?" edisi sebelumnya.

Kami yakin apa yang saudaraku pertanyakan, saudara sudah mengetahuinya. Akan tetapi tidak mengapa, rasanya ada baiknya jika kita kaji ulang guna menyamakan persepsi saja. Jika didalam kajian nanti ada kesamaan, mari kita jaga sebaik-baiknya. Namun jika ada perbedaan-perbedaan hendaknya jangan menjadikan pertentangan bagi kita.

Pada komentar dan pertanyaan anda mengatakan:

"Dalam usia yang baliq hakiki....Allah seharusnya bukan merupakan imaginasi. Dia juga bukan sesuatu yang maya. Dia juga bukan sesuatu yang fana. Sesuai dengan ilmu Kalam, Dia adalah sejelas-jelasnya ujud. Manusia yang maya, manusia yang di dalam fantasy, manusia tidak ada kalau Allah tidak ada. Ini merupakan pertanyaan yang menyangkut keberadaan. Untuk lebih jelas mari kita amati perumpamaan baju sutra yang terbuat dari kain sutra. Sutra diolah menjadi benang kemudian menjadi kain, sebelum akhirnya manjadi baju. Baju ada karena nama, tapi sutra ada karena Dzat. Apakah boleh disamakan kewujudan pada nama dan kewujudan pada Dzat?"

Bismillahirrohmanirrohim. Alhamdulillah. Wasyukurillah. Walla khaula walaku wata illa billah...amma ba'du.

Marhabban yaa Ramadhan. Marhabban yaa ahlan wa Syahlan.

Terima kasih sebelumnya kami ucapkan kepada saudaraku yang ada di Malaysia. Juga salam Rahmat dan Nikmat dalam kehampaan bagi saudara-saudaraku dimana saja berada. Ulasan dan komentar saudaraku sangat menarik dan sungguh ini adalah sesuatu yang baik sekali dalam rangka pencerahan khususnya bagi jiwa-jiwa yang gersang, tandus, dan haus akan siraman hikmah...didalam perjalanan bathin.

Tidak semua orang dapat mengadakan perjalanan bathin. Terkecuali mereka yang beroleh hidayah dari Allah Swt.

Konsep awal tentang keesaan Allah Swt sudah teramat sering kami ketengahkan. Bahwa:

"Setiap benda pasti ada namanya. Mustahil benda ada tapi namanya tidak ada. Begitu pula sebaliknya. Ada nama sudah pasti ada bendanya. Mustahil ada nama tapi bendanya tidak ada. Jika itu terjadi tentu sangat bersalahan. Bukankah Allah Swt didalam mencipta selalu saling berpasangan. Ini isyarat bagi yang mau berpikir. Mengambil iktibar dibalik seluruh penciptaanya."

Diawal sudah dikatakan bahwa: Yang sejatinya itu sebenarnya sutra atau baju? Baju ada karena nama tapi sutra ada karena Dzat. apakah boleh disamakan kewujudan pada nama dan kewujudan pada dzat? Sekilas kita melihatnya tentu berbeda, tetapi jika lebih jauh melihatnya...betulkah keduanya berbeda?

Untuk mengulasnya hendaknya kita harus lebih arif, bijak dan ekstra hati-hati. Karena salah menarik kesimpulan dalam memahaminya, maka syirik khafi, syirik jalli, dan syirik khafi al khafi siap menyambutnya.

Baju ada karena nama, yaitu sutra. Makanya disebut baju sutra. Sedangkan sutra itu sendiri ada karena dzatnya. Coba kita ambil lagi perumpamaan lain yang lebih nyata dan jelas. Manusia melihat dengan mata, tanpa mata dunia akan gelap gulita. Kita mendengar dengan telinga, tanpa telinga dunia akan sunyi dan hening adanya. Coba kita renungkan. Apakah yang melihat itu mata? Apakah yang mendengar itu telinga?

Jika benar yang melihat itu mata dan yang mendengar itu telinga, maka bagaimana dengan jenazah (orang mati)? Dia punya mata lengkap tapi melihatkah ia? Ia juga punya telinga lengkap tapi mendengarkah ia? Jawabannya kami serahkah kepada anda lebih jauh dari itu.

Coba kita lihat dalam diri kita. Sebelum kita dijahirkan, apakah bisa dikatakan kita ada? Begitu pula setelah kita mati, bisakah kita dikatakan ada? Silahkan cerna dan renungkan.

Sebab kalau kita membicarakan tentang dzat, maka dzat murni atau dzat mutlak Allah Swt tersebut adalah yang tersembunyi dari yang tersembunyi (yang diupamakan dengan dzat sutra), tapi kalau yang sembunyi dari yang tersembunyi itulah yang diupamakan baju sutra. Sedangkan pengetahuan tentang dzat itu sendiri adalah suatu keajaiban dari keberadaannya.

Karena ia luluh didalam dirinya sendiri atau musnah dan lenyap didalamnya. Jika dipilah berdasarkan tingkatannya maka tingkat ini adalah tingkat penyerapan diri sendiri yaitu suatu tingkatan dimana diri sendiri akan terserap ke dalam dzat.

"Janganlah kamu memikirkan Dzatnya tetapi pikirkanlah faedahnya" (Al-Hadits).

Demi jiwa yang ada didalam genggamannya, jujur kami katakan bahwa kewujudan pada nama dengan kewujudan pada dzat itu pada hakekatnya sama saja, karena sama-sama diwujudkan. Justru menurut kami yang teristimewa itu adalah siapa yang mewujudkan asma atau nama dan dzat itu sendiri.

Karena dzat itu adalah dzatnya, nama itu juga namanya. Itu sebab benda dan nama itu adalah satu kesatuan yang tiada terpisahkan. Dan penyebab adanya nama dan dzat itulah yang kami maksud tersembunyi dari yang tersembunyi, bukan yang sembunyi dari yang tersembunyi. Begitu pula kita menyikapi akan diri kita.

Manakah diri yang sebenar-benarnya diri. Apakah yang nyata yang terlihat oleh mata jahir ataukah yang ghaib yang yang tersembunyi tidak nampak.

Bila nyata adanya maka dimana kenyataannya dan bila ghaib dimana keghaibannya. Karena sesungguhnya manusia itu sendiri pada hakekatnya satu saja. Bila banyak bersuku-suku, berkaum-kaum, dan berbangsa-bangsa maka itu tidak lain adalah karena sifat menyifatnya saja. Sama saja kita mengupas bawang, kita kupas dan kupas pada akhirnya bawangnya itu sendiri tidak ada, yang ada kulitnya saja...Begitu pula dengan Allah.

Allah itu adalah nama dan Tuhan itu adalah pangkat atau gelar kebesarannya. Mana orangnya? Silahkan anda jawab sendiri. Kami hanya dapat mengantarkan anda sampai disini saja. Selebihnya terserah anda.

Allah dalam menciptakan seluruh alam ini cukup satu kali saja, sampai kiamat ia tidak menciptakan apa-apa lagi. Membuat manusia cukup dengan manusia saja, membuat hewan cukup dengan hewan saja, menciptakan air cukup satu kali saja, seumur hidup dunia tidak akan ada habis-habisnya.

Coba lihat ruh-ruh manusia hanya satu kali saja, tidak bertambah da tidak berkurang. Segalanya satu kali saja tiada berbilang. Orang ahlul akhirat satu kali saja cukup. Satu kali mensyuhud cukup. Satu kali mati cukup. Satu kali tahu cukup. Semua serba satu bukan serba dua lagi.

Semua kerja baik ibadat maupun yang lainnya tiada jahat,

tiada neraka,

tiada itu dan tiada ini...

semua tiada apa-apa,

semua langgeng,

semua rahmat,

semua nikmat,

semuanya Allah,

semuanya Tuhan,

semuanaya Nur,

semuanya Dzat,

dan semuanya!

aku dan aku!

aku dan aku!

akhirnya sunyi tiada huruf,

tiada suara,

semua kembali ke asal...


Inilah maqam penelanjangan Tuhan.


Asal Tuhan itu tiada berhuruf,

tiada bersuara,

bukan cahaya,

bukan benda,

dan bukan materi,

bukan dzat,

bukan sifat,

bukan asma,

dan bukan af'al.


Bukan Allah,

bukan Muhammad,

bukan Adam,

dan bukan semua-semuanya.


Pada penghujung perjalanan, semua itu hanya sebutan dan akuan saja adanya. Jika demikian, siapa yang ada?

(Tanyakan ahlinya yang boleh menjawab)

Tidak ada komentar: